Hasil Terapi Kanker Nasofaring Bisa Dipantau dari DNA Virus

img


 Dalam pengobatan kanker diperlukan pemantauan untuk tahu apakah terapinya berhasil atau tidak. Untuk kanker nasofaring, peneliti UI menuturkan bahwa pemantauan terhadap respons terapi ini bisa dilihat dari DNA virus EBV.

Salah satu faktor risiko dari kanker nasofaring adalah adanya infeksi oleh Epstein-Barr Virus (EBV), diketahui EBV menggunakan manusia sebagai inang untuk tempatnya hidup yaitu di epitel nasofaring dan limfosit B.

"EBV mempunyai potensi onkogenik, karena ia mengubah sel terinfeksi menjadi sel ganas melalui beberapa mekanisme," ujar Yurnadi dalam acara promosi doktor FKUI atas nama dirinya di Ruang Sena Pratista Sutomo Tjokronegoro, FKUI, Rabu (1/6/2011).

Disertasi Drs Yurnadi, MKes yang berjudul 'Analisis Polimerfisme Gen Plymeric Immunoglobulin Receptor dan T Cell Receptor Beta Serta Hubungannya dengan Eksistensi DNA Epstein-Barr Virus Sebagai Pemantau Respon Terapi Pada Penderita Karsinoma Nasofaring' telah dinyatakan lulus dengan nilai A dan dinobatkan sebagai Doktor dalam Bidang Ilmu Biomedik.

Yunardi menuturkan terapi yang digunakan untuk mengobati kanker nasofaring tergantung dari stadiumnya, jika masih berada dalam stadium 1-2 maka pengobatannya melalui radiasi saja. Tapi jika sudah masuk ke stadium 3-4 maka pengobatannya gabungan antara radiasi dan kemoterapi.

Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dari terapi yang diberikan bisa dilihat dari keberadaan (eksistensi) DNA-EBV pada saliva dan juga serum pasien kanker nasofaring.

Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh Yurnadi terhadap 102 pasien kanker nasofaring dari Departemen Radiologi FKUI/RSCM dan juga Departemen Ilmu Penyakit THT-KL FKUI/RSCM.

Pasien yang terlibat dalam studi ini terdiri dari 67 laki-laki dan 35 perempuan dengan variasi usia yang meliputi pasien stadium 1, 2, 3, 4, residif serta pasien yang belum diketahui stadiumnya.

Dalam studi sebelumnya diketahui bahwa banyaknya DNA EBV yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darah berhubungan dengan ukuran dari tumor, karenanya eksistesi DNA EBV sebelum dan setelah terapi berhubungan dengan besarnya tumor.

Pada pengukuran awal atau sebelum terapi DNA EBV pada penderita kanker nasofaring stadium lanjut yaitu 3 dan 4 terdeteksi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien stadium awal yaitu 1 dan 2.

Setelah melakukan terapi ditemukan adanya penurunan eksistensi DNA EBV pada serum dan saliva pasien. Penurunan yang tinggi ditemukan di saliva yaitu mencapai 64 persen, sedangkan pada serum hanya mencapai 34,6 persen.

"Penurunan DNA EBV pada saliva bisa disebabkan oleh hilangnya atau terjadi pengecilan tumor nasofaring sesudah radioterapi, sehingga DNA virus yang dilepaskan ke saliva berkurang," ujar Yurnadi yang berhasil menyelesaikan sidang disertasinya dengan nilai A.

Yurnadi menambahkan penurunan eksistensi DNA EBV pada saliva yang lebih cepat mengindikasikan bahwa perubahan dari keberadaan DNA virus ini di saliva lebih informatif dalam memberikan gambaran efektivitas terapi.

"Sedangkan jika pasien sudah dinyatakan sembuh dalam waktu beberapa lama dan masih ditemukan eksistensi DNA EBV dalam kadar yang tinggi berarti pasien tersebut mengalami kekambuhan," ungkapnya.

Yurnadi menyarankan untuk perlu dilakukan pemantauan eksistensi DNA EBV pada pasien kanker nasofaring dengan real time PCR (q-PCR) untuk memonitor lebih spesifik efektivitas terapi yang diberikan.

Kanker nasofaring merupakan penyakit multifaktorial terutama disebabkan oleh faktor genetik, infeksi virus dan faktor lingkungan lain seperti makanan, jelaga dan debu. Umumnya kanker ini tidak memiliki gejala yang khas hingga ia mencapai stadium lanjut yang ditandai dengan mata juling serta pembengkakan di leher.

Beberapa hal diketahui bisa menjadi faktor yang memperparah penyakit ini seperti kebiasaan mengonsumsi ikan asin, makanan yang diawetkan, merokok dan juga polusi lingkungan. Dan pasien terbanyak ditemukan pada usia produktif yaitu 40-50 tahun.(ver/ir



Sumber:http://health.detik.com/read/2011/06/01/171638/1652067/763/hasil-terapi-kanker-nasofaring-bisa-dipantau-dari-dna-virus?l991101755
KOTAK KOMENTAR
Baca Juga
Sebarkan ini ke: Twitter Google+

0 comments :

Post a Comment