Jika Sayang Istri, Suami Juga Harus Ber-KB



img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Pandangan yang ada di masyarakat sekarang, program KB adalah keharusan istri atau wanita. Padahal bila sayang istri, suami juga harus ber-KB.

Sejak digalakkan pada tahun 1970, program KB (Keluarga Berencana) selalu identik dengan wanita atau istri. Padahal wanita juga memiliki hak reproduksi dan kesetaraan gender yang sama dengan pria.

"Pada awalnya kita memang arahkan untuk wanita karena kita fokus untuk menunda kehamilan pada wanita. Tapi kan wanita juga memiliki hak reproduksi yang sama," jelas Dr Wiwiek Ekameini, MM, Direktur Bina Kesertaan Keluarga Berencana Jalur Wilayah & Sasaran Khusus BKKBN, dalam acara 'Talkshow The 4th Annual Women's Health Expo 2011' di Gedung Smesco UKM, Jakarta, Sabtu (19/2/2011).

Dr Wiwiek menjelaskan KB pada dasarnya berfungsi untuk:

  1. Menunda kehamilan
  2. Mengatur jarak kehamilan
  3. Mengatur jumlah anak

Karena fungsi KB tidak hanya untuk menunda kehamilan, lanjut Dr Wiwiek, maka pria juga harus berperan.

"Pria kalau sayang dan kasihan sama istri, maka harus juga ber-KB. Kita harus ubah paradigma yang ada, nggak hanya wanita yang ber-KB, tapi pria juga," lanjut Dr Wiwiek.

Dr Wiwiek menjelaskan, saat wanita yang harus ber-KB, maka ia harus bergantung dengan pil KB atau suntik yang bersifat hormonal dan kimiawi, atau IUD yang ada batasnya.

"Yang namanya hormonal, pasti dalam jangka panjang menyebabkan perubahan hormon. Dan apa bapak-bapak tega, istrinya nggak sakit tapi harus terus minum obat yang bersifat kimiawi. Paradigma KB ini harus segera diubah," lanjut Dr Wiwiek.

Menurut Dr Wiwiek, sampai saat ini, baru ada dua jenis kontrasepsi yang diperuntukkan bagi pria, yaitu kondom dan vasektomi.

"Kondom merupakan cara paling efektif bagi pasangan usia subur (PUS) untuk menunda dan mengatur jarak kehamilan, sedangkan vasektomi cara paling efektif untuk PUS yang sudah tidak ingin punya anak lagi, " jelas Dr Wiwiek.

Tapi kebanyakan pria Indonesia masih enggan untuk ber-KB denga berbagai alasan. Dari data BKKBN, lebih dari 60 persen PUS sudah mengikuti program KB, tapi hanya 1,2 persen pria yang ber-KB menggunakan kondom dan 0,3 persen pria yang vasektomi.

Dari hasil temuan dari survei dan penelitian, berikut beberapa alasan klasik mengapa suami tidak mau ber-KB:

  1. Larangan dari keluarga
  2. Kurang pengetahuan
  3. Kurang kesadaran
  4. Kurang informasi
  5. Metode terbatas
  6. Kurang dukungan istri
  7. Kurang saran dan biaya
  8. Adanya rumors yang membuat takut

Lalu kapan suami sebaiknya ber-KB?

  1. Setiap saat baik untuk menunda kehamilan, mengatur jarak kehamilan dan mengakhiri kesuburan.
  2. Menyadari jumlah anak dianggap cukup dan istri tidak cocok menggunakan jenis alat kontrasepsi apapun.
  3. Empati suami terhadap istri dan tidak ingin menambah beban isteri (over burdent) dengan bertambahnya jumlah anak.
  4. Sebagai bukti suami sayang kepada istri dan ingin  membebaskan istri dari ketergantungan pemakaian alat kontrasepsi.
  5. Suami-istri mempertimbangkan kemampuan ekonominya dalam membesarkan dan membiayai pendidikan anak.

"Sudah saatnya untuk para suami Indonesia ber-KB sebagai wujud kesetaraan dan keadilan gender serta bukti cinta kasih kepada istri," pungkas Dr Wiwiek.

(mer/ir)
KOTAK KOMENTAR
Baca Juga
Sebarkan ini ke: Twitter Google+

0 comments :

Post a Comment