Penyair, Buah Apel, dan Dokter yang Cantik

PADA suatu pagi, dia menjelma jadi burung kecil
Lalu ia terbang dan hinggap di dahan pohon apel

Di situ dia berkicau: tentang cinta yang kacau,

Dia tahu Si Dokter Cantik itu menyimak lagunya, risau,
dari tingkap kamar, hati yang baru saja menguak mata

Ada sebuah apel jatuh, berbekas pagutan kelelawar!

Kelelawar itu terkapar, kematian menjadi sangkar
Seringai taringnya berkata: aku mati tak sia-sia!

*

PADA lain pagi, dia menjelma jadi burung biru,
Dan terbang lalu hinggap ragu di jendela itu...

"Aku mau jadi pasienmu. Beri aku nasihat medis,
untuk derita-hati dan kelainan-jantungku," kata
si burung biru, Si Dokter Cantik tak mendengar

Ia terkurung hingar, pengering rambut menari, di
rambutnya basah, mimpi lebat hujan malam tadi...

Ada lagi buah apel jatuh, menimpa kodok hijau!
Keduanya: apel dan kodok itu, membusuk bersama

*

PADA suatu waktu, ia tak peduli apakah itu pagi
Ia menjadi burung kecil, dengan ekstemporanea,
140 lambang bunyi, menyambung galau jadi medley,
lalu hinggap dari ranting ke ranting pohon apel

Ia mendengar Si Dokter Cantik itu beriang beria

Menyanyikan: biar cinta, biar cinta... Dia lupa,
itu lagu Kahitna atau lirik Katon Bagaskara?

Ketika itu tak ada buah apel yang jatuh lagi...

KOTAK KOMENTAR
Baca Juga
Sebarkan ini ke: Twitter Google+

0 comments :

Post a Comment